(PS: buat para tokoh, ijin tag yooo. Tapi takut nge-tag yang seniornya :D Kalau mau, bantu tag dong ^.^)
Aku ingat.
Waktu aku mau melihat pengumuman masuk SMA 4, aku naik angkot.
Di angkot, hanya ada 3 penumpang ~aku, dan 2 orang besaudara, kakak beradik. Ternyata mereka juga mau melihat pengumuman, dan si kakak adalah siswa SMA 4.
Aku nggak tau nama mereka, sampai tak sengaja aku melihat profil si adeknya.
Ternyata mereka semarga denganku ~Manurung, bro.
Setelah setengah tahun menjalani sekolah, aku bergabung dengan organisasi PMR. O.o. Ternyata mereka berdua anggota PMR juga.
Itulah anak SMA 4 yang pertama kutemui setelah aku menjadi siswa SMA 4.
;)
Aku ingat.
Pada saat MOS di sesi mencari tanda tangan, aku ingin mendapat TT pertama dari kakak itu. Ya, kakak yang juga menge-MOS aku waktu SMP. Setelah aku disuruh menggambar Garuda Pancasila, aku akhirnya mendapat TT dari sang photographer.
:D
Aku ingat.
Aku berharap ada teman se-SMPku yang menjadi teman sekelasku.
Ternyata ada 1 orang. Dia. Ya, dia yang selalu diledekin teman-teman se'geng'ku waktu SMP. Dia, anak yang dapat peringkat 1 pada saat test. Dan dia menjadi ketua kelas kami. Orang yg lumayan tegas, rapi, bersih dan lumayan cerewet.
Aku ingat.
Dia, orang yang menurutku pria paling baik hati, rajin menabung dan tidak sombong. Cowok rapi, yang ganteng plus friendly. Menjadi tempat buatku untuk meminjam alat-alat tulis yang ketinggalan. Seorang yang nampak sempurna dari luar, akan tetapi dia juga orang dikelilingi masalah yang belum tentu seorang anak SMA bisa menyelesaikannya. Dia pria tampan dan tangguh. Dia salah satu sahabatku di kelas X. Dari kamu aku banyak belajar bagaimana menghadapi masalah sepeleku yang kuanggap udah segede gaban.
Aku ingat.
Seorang anak muda yang lain.
Yang menjadi teman dekatku pada awalnya. Setiap aku butuh untuk diajari sesuatu, aku akan berkata: Mr yang baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong, ajarin aku dong.
Tapi, sekarang aku dan dia tidak akur lagi. Bahkan aku tidak tau(ingat) lagi apa masalah yang menjadi sumber pertengkaran kami. Yang sekarang menjadi kenyataannya adalah: aku dan dia diselimuti aura kebencian.
:(
Aku ingat.
Aku melihat seorang kakak kelas. Seorang yang tampan, anak IPA unggulan, yang punya segudang prestasi, baik di bidang akademik, bidang kerohanian, dan bidang ekstrakurikuler.
Seorang yang tampan, cerdas, tapi sayang, dia sombong.
Walaupun begitu, aku tetap menyukainya. Sering aku menatapnya kagum pada saat pelajaran olahraga. Kami punya jadwal olahraga yang bersamaan. Aku bahkan mengetahui semua tentang dirinya, sampai kepada keluarganya, boo.
Thanks to Aprilyani yang sering ngasih info" tentang kakak itu.
Sekarang aku rindu sama kakak, o kak A.
:)
Aku ingat.
Di kelas kami dulu, ada seorang anak laki-laki yang katanye anak jaman. Dengan kacamata bingkai super gede dan berwarna nyentreng~orange~ dan badan yang big juga. Sebenarnya sih anaknya pintar. Sayang, dia anak malas yang paling rajin bolos dan paling rajin nggak ngerjain pe er. John, I always remember you.
:(
Aku ingat.
Sewaktu pendaftaran masuk SMA 4, untuk angkatan di bawah kami. Saat baru saja duduk setelah capek ngejar-ngejar guru Kimia buat remedi, seseorang berkata padaku: Tadi aku ketemu si R-_a lho, si Reza juga.
Ah, Ƴªª. Adik kelasku di SMP yang sering kami goda-goda.
Ternyata dia masuk, boo.
Dan ternyata dia di kelas X-2.
Dan ternyata lagi, menurut surveiku pada teman-temanku, dia itu salah satu adek kelas yang ganteng+manis+imut.
Dan ternyata yang terakhir, temanku suka sama dia.
Dan the last~ini beneran yang terakhir deh~ ternyata, aku pun pernah jadi benaran suka sama dia.
Wkwk
Aku ingat.
Waktu MOS aku dulu, kelompok kami dipimpin 2 orang kakak kelas~satu cewek dan satu cowok. Setelah masa-masa MOS berakhir, kakak yang cowok nggak terlalu menonjol sih di sekolah.
Tapi, waktu aku sudah duduk di bangku kelas XI, dia balik lagi dengan perubahan yang besar~kayak transformer gitu.
Dia jadi kurus, jadi imut+tampan, dan yang w.o.w nya lagi, dia kuliah di kampus idaman para anak IPS kayak aku. Dan juga dia mau ngajarin aku pelajaran *tiiit* yang memang adalah jurusan kampusnya.
Miss him.
Aku ingat.
Ada seorang kakak kelas yang lain lagi.
Seorang tampan yang wajahnya kekorea-koreaan(?). Aku memanggilnya kak Kim. Kakak itu sepertinya pemalu, tapi ramah. Dia juga pintar dan taat beribadah. Dia seorang anak Pendeta! Wow.
Awalnya sih, cuma kagum aja atas semua prestasinya dan wajahnya. Tapi akhirnya . . .
Masih ingat aku, pada saat acara perpisahan di aula Nomensen. Aku duduk di barisan kelas XI IPS 2 yang paling jauh dari pintu.
Tapi demi si kakak, aku rela maksain diri buat melihat dengan mata yang minus dua, dan rela maksa teman buat pinjamin kacamatanya. Demi si kakak.
Thanks buat Kak Bounty yang sering kasih aku informasi tentang kakak unyuk-unyuk itu.
:D
Aku ingat.
Waktu ada acara organisasiku, seorang teman bertanya padaku, apakah aku ada affair dengan ketua kelasku yang di kelas XI. Aku menjawab "tidak". Tapi dia semakin menyudutkanku. Akhirnya, kusebut saja asal-asalan nama seorang pria dan mengatakan pada temanku itu bahwa pria itu lebih ganteng daripada ketua kelasku. Sejak saat itu, mereka berkata(berpikir(menyangka)) bahwa aku menyukai pria itu.
Memang pria itu tampan, apalagi dengan gaya coolnya dan senyum misteriusnya. Belum lagi dia itu cowok yang pintar walaupun bersikap santai. Dia meraih juara 2 di suatu pertandingan bergengsi.
Berawal dari godaan teman-temanku, akhirnya akupun memperhatikan dia.
Dia itu 'Sasuke' yang stoik, tampan dan cerdas.
Sedangkan aku? Aku 'Sakura' yang berisik, ceria, dan ceroboh.
Aku tau itu hal yang bertolakbelakang.
Tapi aku juga berharap, apa yang terjadu pada film animasi Naruto terjadi pula dalam kehidupanku. Dimana, Sasuke dan Sakura menjadi sepasang . . .
Tapi sepertinya tidak mungkin. Dia sudah dekat dengan seseorang.
Lagipula, fansnya lumayan banyak.
Mereka itu lebih dari aku.
Need you. Want you
Dan kini, hal yang ingin kuingat pada saat kuliah nanti adalah semua bagian hidupku yang ada dan yang mungkin akan tertinggal di SMA 4.
The End
Aku ingat.
Waktu aku mau melihat pengumuman masuk SMA 4, aku naik angkot.
Di angkot, hanya ada 3 penumpang ~aku, dan 2 orang besaudara, kakak beradik. Ternyata mereka juga mau melihat pengumuman, dan si kakak adalah siswa SMA 4.
Aku nggak tau nama mereka, sampai tak sengaja aku melihat profil si adeknya.
Ternyata mereka semarga denganku ~Manurung, bro.
Setelah setengah tahun menjalani sekolah, aku bergabung dengan organisasi PMR. O.o. Ternyata mereka berdua anggota PMR juga.
Itulah anak SMA 4 yang pertama kutemui setelah aku menjadi siswa SMA 4.
;)
Aku ingat.
Pada saat MOS di sesi mencari tanda tangan, aku ingin mendapat TT pertama dari kakak itu. Ya, kakak yang juga menge-MOS aku waktu SMP. Setelah aku disuruh menggambar Garuda Pancasila, aku akhirnya mendapat TT dari sang photographer.
:D
Aku ingat.
Aku berharap ada teman se-SMPku yang menjadi teman sekelasku.
Ternyata ada 1 orang. Dia. Ya, dia yang selalu diledekin teman-teman se'geng'ku waktu SMP. Dia, anak yang dapat peringkat 1 pada saat test. Dan dia menjadi ketua kelas kami. Orang yg lumayan tegas, rapi, bersih dan lumayan cerewet.
Aku ingat.
Dia, orang yang menurutku pria paling baik hati, rajin menabung dan tidak sombong. Cowok rapi, yang ganteng plus friendly. Menjadi tempat buatku untuk meminjam alat-alat tulis yang ketinggalan. Seorang yang nampak sempurna dari luar, akan tetapi dia juga orang dikelilingi masalah yang belum tentu seorang anak SMA bisa menyelesaikannya. Dia pria tampan dan tangguh. Dia salah satu sahabatku di kelas X. Dari kamu aku banyak belajar bagaimana menghadapi masalah sepeleku yang kuanggap udah segede gaban.
Aku ingat.
Seorang anak muda yang lain.
Yang menjadi teman dekatku pada awalnya. Setiap aku butuh untuk diajari sesuatu, aku akan berkata: Mr yang baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong, ajarin aku dong.
Tapi, sekarang aku dan dia tidak akur lagi. Bahkan aku tidak tau(ingat) lagi apa masalah yang menjadi sumber pertengkaran kami. Yang sekarang menjadi kenyataannya adalah: aku dan dia diselimuti aura kebencian.
:(
Aku ingat.
Aku melihat seorang kakak kelas. Seorang yang tampan, anak IPA unggulan, yang punya segudang prestasi, baik di bidang akademik, bidang kerohanian, dan bidang ekstrakurikuler.
Seorang yang tampan, cerdas, tapi sayang, dia sombong.
Walaupun begitu, aku tetap menyukainya. Sering aku menatapnya kagum pada saat pelajaran olahraga. Kami punya jadwal olahraga yang bersamaan. Aku bahkan mengetahui semua tentang dirinya, sampai kepada keluarganya, boo.
Thanks to Aprilyani yang sering ngasih info" tentang kakak itu.
Sekarang aku rindu sama kakak, o kak A.
:)
Aku ingat.
Di kelas kami dulu, ada seorang anak laki-laki yang katanye anak jaman. Dengan kacamata bingkai super gede dan berwarna nyentreng~orange~ dan badan yang big juga. Sebenarnya sih anaknya pintar. Sayang, dia anak malas yang paling rajin bolos dan paling rajin nggak ngerjain pe er. John, I always remember you.
:(
Aku ingat.
Sewaktu pendaftaran masuk SMA 4, untuk angkatan di bawah kami. Saat baru saja duduk setelah capek ngejar-ngejar guru Kimia buat remedi, seseorang berkata padaku: Tadi aku ketemu si R-_a lho, si Reza juga.
Ah, Ƴªª. Adik kelasku di SMP yang sering kami goda-goda.
Ternyata dia masuk, boo.
Dan ternyata dia di kelas X-2.
Dan ternyata lagi, menurut surveiku pada teman-temanku, dia itu salah satu adek kelas yang ganteng+manis+imut.
Dan ternyata yang terakhir, temanku suka sama dia.
Dan the last~ini beneran yang terakhir deh~ ternyata, aku pun pernah jadi benaran suka sama dia.
Wkwk
Aku ingat.
Waktu MOS aku dulu, kelompok kami dipimpin 2 orang kakak kelas~satu cewek dan satu cowok. Setelah masa-masa MOS berakhir, kakak yang cowok nggak terlalu menonjol sih di sekolah.
Tapi, waktu aku sudah duduk di bangku kelas XI, dia balik lagi dengan perubahan yang besar~kayak transformer gitu.
Dia jadi kurus, jadi imut+tampan, dan yang w.o.w nya lagi, dia kuliah di kampus idaman para anak IPS kayak aku. Dan juga dia mau ngajarin aku pelajaran *tiiit* yang memang adalah jurusan kampusnya.
Miss him.
Aku ingat.
Ada seorang kakak kelas yang lain lagi.
Seorang tampan yang wajahnya kekorea-koreaan(?). Aku memanggilnya kak Kim. Kakak itu sepertinya pemalu, tapi ramah. Dia juga pintar dan taat beribadah. Dia seorang anak Pendeta! Wow.
Awalnya sih, cuma kagum aja atas semua prestasinya dan wajahnya. Tapi akhirnya . . .
Masih ingat aku, pada saat acara perpisahan di aula Nomensen. Aku duduk di barisan kelas XI IPS 2 yang paling jauh dari pintu.
Tapi demi si kakak, aku rela maksain diri buat melihat dengan mata yang minus dua, dan rela maksa teman buat pinjamin kacamatanya. Demi si kakak.
Thanks buat Kak Bounty yang sering kasih aku informasi tentang kakak unyuk-unyuk itu.
:D
Aku ingat.
Waktu ada acara organisasiku, seorang teman bertanya padaku, apakah aku ada affair dengan ketua kelasku yang di kelas XI. Aku menjawab "tidak". Tapi dia semakin menyudutkanku. Akhirnya, kusebut saja asal-asalan nama seorang pria dan mengatakan pada temanku itu bahwa pria itu lebih ganteng daripada ketua kelasku. Sejak saat itu, mereka berkata(berpikir(menyangka)) bahwa aku menyukai pria itu.
Memang pria itu tampan, apalagi dengan gaya coolnya dan senyum misteriusnya. Belum lagi dia itu cowok yang pintar walaupun bersikap santai. Dia meraih juara 2 di suatu pertandingan bergengsi.
Berawal dari godaan teman-temanku, akhirnya akupun memperhatikan dia.
Dia itu 'Sasuke' yang stoik, tampan dan cerdas.
Sedangkan aku? Aku 'Sakura' yang berisik, ceria, dan ceroboh.
Aku tau itu hal yang bertolakbelakang.
Tapi aku juga berharap, apa yang terjadu pada film animasi Naruto terjadi pula dalam kehidupanku. Dimana, Sasuke dan Sakura menjadi sepasang . . .
Tapi sepertinya tidak mungkin. Dia sudah dekat dengan seseorang.
Lagipula, fansnya lumayan banyak.
Mereka itu lebih dari aku.
Need you. Want you
Dan kini, hal yang ingin kuingat pada saat kuliah nanti adalah semua bagian hidupku yang ada dan yang mungkin akan tertinggal di SMA 4.
The End
Komentar
Posting Komentar